letihku telah terbingkai pada guratan malam. Mampukah kita bersulang dengan waktu, kita boleh jeda tapi bukan untuk menunda. Akan sampai kapan aku di sini, sementara rindu membelenggu. Lantas akan
kah kau hadir
menyapaku? Perlahan malam pun memagut pekat digelap langit, tanpa bias,
tanpa batas hingga diambang batas, lagi-lagi hanya senyummu yang
membayang, melintas angan menggodaku.
Entah sudah di angka berapa jarum jam sekarang? Berharap waktu bukanlah sekedar cerita kerisauan...sementara degup jantung tak mengenal waktu. Tatapan matamu tebarkan rindu, tak hanya aroma dan lekuk tubuhmu tapi rindu hatimu. Tempat kutitipkan rasa. Kutak pernah lelah menunggu hingga tumbuh uban diseluruh kepalaku.
Percakapan malam terus meremah…bersamamu kudapat melupakan waktu, dan bolehkah sekali lagi kutanya "jam berapa sekarang?” Entahlah, rasanya apakah masih perlu kita bicara tetang waktu…? Merindumu tak kenal waktu, aksara demi aksara mengalir, di antara senyum dan tatapan matamu yang teduh dan syahdu. Kamu.
Then let me tell you "Im really mis you"
Entah sudah di angka berapa jarum jam sekarang? Berharap waktu bukanlah sekedar cerita kerisauan...sementara degup jantung tak mengenal waktu. Tatapan matamu tebarkan rindu, tak hanya aroma dan lekuk tubuhmu tapi rindu hatimu. Tempat kutitipkan rasa. Kutak pernah lelah menunggu hingga tumbuh uban diseluruh kepalaku.
Percakapan malam terus meremah…bersamamu kudapat melupakan waktu, dan bolehkah sekali lagi kutanya "jam berapa sekarang?” Entahlah, rasanya apakah masih perlu kita bicara tetang waktu…? Merindumu tak kenal waktu, aksara demi aksara mengalir, di antara senyum dan tatapan matamu yang teduh dan syahdu. Kamu.
Then let me tell you "Im really mis you"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar