Senja di awal Desember.
Kau pernah bilang, bahwa cinta tak seindah setia, sejak dulu kita dilahirkan, sejak kita ditakdirkan. Kasih adalah ketulusan, kasih adalah untuk kebenaran, sebab kita masih mencinta, melebihi cinta fatamorgana.
Aku telah menitipkan hatiku untukmu, dari untaian tanya bak mutiara. Hingga aku mengeja sebutir air mata yang menggenang di kelopak mata. Remang dalam kegelapan. Kau bilang kita akan bermetafora mengembalikan apa yang ada, meskipun tiada pernah ingin kukembalikan
Aku berziarah kembali, dalam kenangan awal Desember. Menikmati hangatnya mentari dalam wujud kehadirannya.
Betapa aku ingin memeluknya, menyandarkan kepala, mendengar suaranya, yang terbawa kabar kicau pagi.
Aku hanya mampu tersenyum, munajatkan doa sekali lagi. Aku masih tak menemui...dirinya kembali.
Kau pernah bilang, bahwa cinta tak seindah setia, sejak dulu kita dilahirkan, sejak kita ditakdirkan. Kasih adalah ketulusan, kasih adalah untuk kebenaran, sebab kita masih mencinta, melebihi cinta fatamorgana.
Aku telah menitipkan hatiku untukmu, dari untaian tanya bak mutiara. Hingga aku mengeja sebutir air mata yang menggenang di kelopak mata. Remang dalam kegelapan. Kau bilang kita akan bermetafora mengembalikan apa yang ada, meskipun tiada pernah ingin kukembalikan
Aku berziarah kembali, dalam kenangan awal Desember. Menikmati hangatnya mentari dalam wujud kehadirannya.
Betapa aku ingin memeluknya, menyandarkan kepala, mendengar suaranya, yang terbawa kabar kicau pagi.
Aku hanya mampu tersenyum, munajatkan doa sekali lagi. Aku masih tak menemui...dirinya kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar