Langkah-langkah
kecil kita yang kerap bersama dahulu menjadi sepenggal kisah terindah dalam
episode hidup yang masih kerap datang menghampiri memory cinta belum usang.
Waktu itu kau berkata bahwa cinta adalah mawar yang mekar tanpa pertolongan musim apapun jua. Dan kuakui, mawar itu begitu istimewa…
Berulangkali kau deklarasikan cintamu menggaung menembus jarak aral kita, walau sua hanya lewat aksara tapi cinta jelas terdefenisi.
Kau luluhkan hatiku bersama waktu.
Acapkali kuterkungkung dalam emosi membabi buta
Seandainya saja kau bertanya tentang hal yang paling kubenci saat ini, adalah merindukanmu. karena rindu tetaplah luka.
Dan sendainya kau bertanya tentang hal yang paling kurindukan saat ini, adalah kau yang begitu istimewa
Dua rasa satu jiwa
Lalu aku pernah memutuskan untuk pergi menuju sunyi, meninggalkanmu dalam sepi
Tapi kisah itu menggores luka, sayat cinta begit menyiksa tubuh rasa. Lihatlah airmataku tak terhitung jatuh membasahi kisah yang terukir dalam puisi kita yang belum berjudul. Sementara rinai resah kerap menghias pelukan malam. Dan kulihat matamu masih membahasakan cinta yang masih tersisa. Tak ingin lebih banyak airmata yang tumpah.
Aku ingin kembali
Waktu itu kau berkata bahwa cinta adalah mawar yang mekar tanpa pertolongan musim apapun jua. Dan kuakui, mawar itu begitu istimewa…
Berulangkali kau deklarasikan cintamu menggaung menembus jarak aral kita, walau sua hanya lewat aksara tapi cinta jelas terdefenisi.
Kau luluhkan hatiku bersama waktu.
Acapkali kuterkungkung dalam emosi membabi buta
Seandainya saja kau bertanya tentang hal yang paling kubenci saat ini, adalah merindukanmu. karena rindu tetaplah luka.
Dan sendainya kau bertanya tentang hal yang paling kurindukan saat ini, adalah kau yang begitu istimewa
Dua rasa satu jiwa
Lalu aku pernah memutuskan untuk pergi menuju sunyi, meninggalkanmu dalam sepi
Tapi kisah itu menggores luka, sayat cinta begit menyiksa tubuh rasa. Lihatlah airmataku tak terhitung jatuh membasahi kisah yang terukir dalam puisi kita yang belum berjudul. Sementara rinai resah kerap menghias pelukan malam. Dan kulihat matamu masih membahasakan cinta yang masih tersisa. Tak ingin lebih banyak airmata yang tumpah.
Aku ingin kembali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar